El-EIBAR

©Quang Nguyen vinh from Pixabay

Ekonomi Subsisten: Ekonomi Pelestarian Lingkungan

Secara historis, sebelum adanya urbanisasi dan kota-kota besar, semua manusia hidup dalam ekonomi subsisten. Ketika peradaban mulai tumbuh dan berkembang, maka terjadi pembagian kerja, nilai yang berbeda ditempatkan pada barang dan jasa, dan masyarakat mulai berkembang menjadi berbagai jenis ekonomi.

Lantas apa itu ekonomi subsisten?

Ekonomi subsisten adalah salah satu pendekatan tertua untuk manajemen pasar. Kegiatan ekonomi di bawah jenis pasar ini tidak memiliki nilai moneter. Faktanya, kekayaan dalam ekonomi subsisten ditentukan oleh kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.

Artinya, pendekatan ekonomi subsisten bertumpu pada sumber daya alam. Kegiatan seperti berburu, memancing, mengumpulkan, mengolah makanan, dan semacamnya adalah pendorong utama di balik kelangsungan hidup. Dalam jenis ekonomi ini, tujuannya adalah untuk mempertahankan eksistensi daripada menciptakan surplus untuk investasi dan pertumbuhan.

Karakteristik utama dari ekonomi subsisten adalah kurangnya industri, teknologi, dan keuntungan. Perekonomian ini umumnya bersifat kecil serta berpartisipasi dalam praktik perdagangan dan barter.

Barang dan jasa utama dari pasar ini didasarkan pada adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai lokal.

Seringkali ekonomi subsisten berpartisipasi dalam penangkapan ikan, pertanian padat karya, dan penggembalaan ternak. Masing-masing usaha ini dilakukan dengan alat sederhana dan teknik tradisional.

Selain itu, perekonomian subsisten umumnya ditemukan di negara-negara berkembang dengan masyarakat pedesaan yang besar dan industri terbelakang.

Ilustrasi masyarakat ekonomi subsisten/©study.com

Keuntungan ekonomi subsisten:

1. Sekumpulan orang dalam masyarakat ekonomi subsisten sering terlahir dari peran mereka di masyarakat.

Anak nelayan, misalnya, akan menjadi nelayan.

Di bawah sistem semacam ini, orang lebih sering memahami dan menerima apa peran produksi mereka. Pemahaman tentang peran produksi ini dikombinasikan dengan kurangnya surplus menciptakan pasar yang kurang kompetitif. Para peserta mengetahui sebelumnya sumber daya apa yang akan mereka terima untuk layanan mereka.

2. Keputusan ekonomi sering dibuat oleh komunitas secara keseluruhan atau oleh satu keluarga atau pemimpin suku tertentu.

Di bawah sistem ini dan tidak seperti pendekatan ekonomi lainnya, orang-orang dalam masyarakat memiliki suara dalam rencana ekonomi masa depan.

3. Kegiatan ekonomi bersifat tradisional, maka ekonomi subsisten jarang ditemukan merusak lingkungan.

Terlepas dari kelebihannya, banyak orang percaya kerugian ekonomi subsisten lebih besar daripada keuntungannya. Kerugian utama yang ditemukan dalam jenis ekonomi ini adalah ketergantungan pada apa yang dapat disediakan oleh alam.

Ini berarti bahwa perubahan iklim yang tidak terduga dapat berdampak negatif secara drastis pada kapasitas produktivitas. Kejadian seperti kekeringan, variasi suhu, banjir, tsunami, angin topan, dan badai tropis dapat secara signifikan mengurangi jumlah barang yang diproduksi.

Sejalan dengan itu, sumber daya manusia dalam ekonomi subsisten juga langka. Jika satu atau beberapa anggota masyarakat sakit atau mengalami cacat fisik, mereka tidak dapat bekerja. Dalam hal ini, jumlah barang yang diproduksi tidak mencukupi untuk kelangsungan hidup anggotanya.

Kerugian lain dari ekonomi subsisten adalah bahwa mereka rentan terhadap negara-negara yang lebih besar dan lebih kaya, yang biasanya bekerja di bawah ekonomi pasar.

Oleh karena itu, pada kesimpulannya ekonomi subsisten sangat penting untuk pelestarian alam dan budaya.

Sumber: World Atlas